Langsung ke konten utama

Melihat Jejak Peradaban Tionghoa di Medan


Tjong A Fie Mansion


Jika Anda ke Medan, saya rekomendasikan untuk mampir ke Rumah Tjong A Fie di Jln. Jend. Ahmad Yani No. 105 Medan.


Tjong A Fie adalah seorang pengusaha, bankir dan kapitan yang berasal dari Tiongkok dan sukses membangun bisnis besar dalam bidang perkebunan di Sumatera. Karyawan-karyawannya ada yang ia datangkan langsung dari India. Tjong A Fie juga dekat dengan kaum terpandang di Medan, di antaranya Sultan Deli, Makmun Al Rasjid serta pejabat-pejabat kolonial Belanda.

Tjong A Fie Mansion atau lebih dikenal sebagai Rumah Tjong A Fie adalah rumah tinggal yang kemudian dibuka untuk umum. Sebagian besar rumah dijadikan musium yang menyimpan barang-barang milik Tjong A Fie dan keluarga. Rumah dua lantai ini memiliki 35 ruangan, dikelola dengan sangat baik oleh keturunannya dan terbuka bagi siapa saja yang ingin melihat jejak peradaban Tionghoa di Medan.

Ruang tamu untuk menyambut tamu kehormatan

Rumah besar yang didirikan Tjong A Fie pada tahun 1900 ini dibangun dengan desain yang sangat cantik, gabungan arsitektur Cina, Melayu dan Art Deco. Di buka pertama kali pada saat peringatan ulang tahun Tjong A fie yang ke 150 tahun, rumah bersejarah ini kini ditetapkan sebagai salah satu bangunan bersejarah dan merupakan cagar budaya oleh pemerintah Medan.

Ruang tamu untu menyambut tamu dari Melayu

Ketika masuk ke Rumah Tjong A Fie, kita akan melihat tiga ruang tamu yang diperuntukan bagi tamu dari Eropa, Tionghoa dan Melayu.  Ketiga ruangan tersebut mempunyai desain yang berbeda, sesuai dengan kebangsaan tamunya.

Ruang tidur Tjong A Fie

Kemudian kita akan dibawa oleh pemandu ke ruang tidur Tjong A Fie, ruang makan dan ruangan lainnya yang menyimpan banyak dokumentasi aktifitas Tjong A Fie semasa hidupnya.

Ruang makan

Tjong A Fie dikenal juga sebagai orang yang dermawan. Ia memberikan sumbangsih yang cukup besar pada pembangunan kota Medan.  Misalnya pembangunan beberapa tempat ibadah, bank dan berbagai layanan transportasi.

Testament 

Yang paling membuat saya speechless adalah ketika membaca Testament No. 67 (surat wasiat Tjong A Fie yang sudah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia, ditulis pada tahun 1920, setahun sebelum ia wafat) yang dipajang di salah satu dinding ruangan.  Menjelang ajalnya Tjong A Fie mewasiatkan untuk memberikan seluruh kekayaanya kepada yayasan Toen Moek Tong untuk membantu berbagai bidang kehidupan seperti pendididkan, memberikan santunan kepada yang berkepentingan dan korban bencana alam tanpa membedakan golongan dan bangsanya.

Selain belajar sejarah peradaban Tionghoa di Medan, kita juga bisa belajar kebesaran jiwa dari Tjong A Fie. Dirinya mempunyai peran besar dalam memberi warna pada budaya Medan.

Gong Xi Fa Chai!

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

For Your Information

Libur akhir pekan kemarin saya mengajak keponakan untuk nge-trip ke Kuala Lumpur dan ini untuk pertama kalinya saya liburan bersama keponakan ke LN tanpa didampingi orang tua kandung mereka. Lalu, apa sajakah dokumen yang harus kita lengkapi jika membawa keponakan (atau mungkin cucu karna kemarin ada juga traveller yang bawa cucunya) ke LN tanpa didampingi orang tua mereka? Pertama, yang pasti paspor keponakan harus kudu wajib dibawa :D Kedua, surat pernyataan dari kedua orang tua bahwa mereka mengizinkan kita sebagai wali dari si anak dan akan bertanggungjawab penuh terhadap si anak.  Pihak imigrasi menyarankan surat ini dibuat beberapa rangkap sesuai jumlah negara yang akan kita kunjungi. Ketiga, tiket kembali ke Indonesia.  Ini untuk memastikan bahwa kita benar-benar liburan, berobat atau keperluan lain yang memang batas waktunya jelas, bukan mau bawa kabur si anak. Berikut contoh Surat Pernyataan untuk membawa keponakan ke LN tanpa didampingi orang tua mereka: ------

Kampung Arab Al Munawar Palembang

Palembang memiliki berbagai etnis didalam masyarakatnya. Ada etnis Tionghoa, etnis India, etnis Arab dan lain-lain. Setiap etnis memiliki komunitasnya masing-masing. Baik itu berupa tempat tinggal, organisasi, maupun hanya sekedar perkumpulan. Tempat tinggal atau pemukiman yang ada di suatu masyarakat etnis tertentu, sebagian besar adalah masyarakat dari etnis tersebut. Misalnya, sekumpulan masyarakat yang berasal dari Arab, bermukim di suatu tempat besar, dinamakan Kampung Arab.

Belajar Filosofi dan Adat Istiadat dari Rumah Limas

Taukah teman-teman bahwa rumah yang terdapat pada gambar di lembar uang sepuluh  ribuan emisi 2005 dan 2010 adalah Rumah Limas Palembang?  Rumah ini berada di Kompleks Museum Balaputra Dewa, Jalan Srijaya I no. 288 Km 5,5 Palembang. Rumah Limas merupakan rumah tradisional khas Provinsi Sumatera Selatan. Dari namanya, pastinya rumah ini berbentuk limas. Bangunannya bertingkat-tingkat dan mempunyai filosofi budaya tersendiri untuk setiap tingkatnya. Tingkat-tingkat ini disebut masyarakat sebagai bengkilas. Asli! Adat yang kental sangat mendasari pembangunan Rumah Limas. Tingkatan yang dimiliki rumah ini disertai dengan lima ruangan yang disebut dengan kekijing. Hal ini menjadi simbol atas lima jenjang kehidupan bermasyarakat, yaitu usia, jenis, bakat, pangkat dan martabat. Detail setiap tingkatnya pun berbeda-beda. Ada satu hal yang menarik ketika saya berkunjung ke sini.  Di dalam rumah limas terdapat Timbangan Cinta. Timbangan ini berbentuk timbangan yang dibalut kain s